Beragam jenis
makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya masih beredar di pasaran. Salah satu bahan penyedap rasa pada makanan yang sering
dikonsumsi masyarakat adalah Monosodium Glutamate (MSG) atau yang biasa disebut
vetsin atau michin merupakan garam
natrium dari asam
glutamat yang merupakan salah satu asam amino
non-esensial paling berlimpah yang terbentuk secara alami. Ternyata dibalik kenikmatan
vetsin atau MSG ini, berbahaya bagi kesehatan tubuh terutama kesehatan anak-anak.
Banyak ditemukan pada makanan ringan atau snack. Dan biasanya juga snack
shop kadang tidak menghiraukan apa yang mereka jual.
Produksi dan Sifat-sifat KimiaSecara
sederhana MSG dibagi menjadi dua jenis, yakni alami dan buatan. MSG yang alami
sehat untuk dikonsumsi. Sedangkan yang buatan, dan justru banyak beredar,
sangat berpotensi mendatangkan gangguan kesehatan.Glutamate
adalah asam amino (amino acid) yang secara alami terdapat pada semua bahan
makanan yang mengandung protein. Misalnya, keju, susu, daging, ikan dan sayuran.
Glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Setiap orang rata-rata membutuhkan kurang lebih 11 gram Glutamate perhari yang didapat dari sumber protein alami.Penguat Cita RasaMonosodium Glutamate adalah zat penambah rasa pada makanan yang dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan gula tebu. Ketika MSG ditambahkan pada makanan, dia memberikan fungsi yang sama seperti Glutamate yaitu memberikan rasa sedap pada makanan. MSG sendiri terdiri dari air, sodium dan Glutamate.Jika digunakan secara berlebihan, MSG mempunyai efek negatif terhadap tubuh. 12 gram MSG per hari dapat menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur dan mual mual. Bahkan beberapa orang ada yang mengalami reaksi alergi berupa gatal, mual dan panas. Tidak hanya itu saja MSG juga dapat memicu hipertensi, asma, kanker serta diabetes, kelumpuhan serta penurunan kecerdasan.Jika pun diperlukan pengganti MSG biasanya adalah yeast extract (ekstrak khamir), atau moromi (hasil fermentasi kedele) atau bubuk kecap. Untuk itu, demi kesehatan tubuh kita terutama anak-anak, hindari penggunaan MSG yang berlebihan dalam masakan dan makanan dan sebaiknya mengganti penyedap masakan anda dengan garam dan gula atau tidak memakainya sama sekali.
Sejak pertama kalinya diluncurkan ke pasar, MSG telah diproduksi dengan tiga metode: (1) hidrolisis protein nabati dengan asam hidroklorida untuk memutuskan ikatan peptida (1909 -1962), (2) sintesis kimia langsung dengan akrilonitril (1962 – 1973), dan (3) fermentasi bakteri; metode yang digunakan saat ini. Pada awalnya, untuk hidrolisis digunakan gluten gandum karena mengandung lebih dari 30 g glutamat dan glutamin dalam 100 g protein. Tetapi seiring dengan meningkatnya produksi untuk memenuhi permintaan MSG yang terus bertambah, dipelajarilah proses-proses produksi baru: sintesis kimia dan fermentasi. Industri fiber poliakrilik dimulai di Jepang pada pertengahan 1950-an dan akrilonitril kemudian diadopsi sebagai bahan awal untuk menyintesis MSG. Saat ini, sebagian besar produksi MSG dunia dilakukan dengan fermentasi bakteri dalam proses yang mirip dengan produksi anggur, cuka, yoghurt, dan bahkan cokelat. Natrium (sodium) ditambahkan pada tahap netralisasi. Selama fermentasi, bakteri terpilih (coryneform bacteria) yang dikultur dengan amonia dan karbohidrat dari bit gula, tebu gula, tapioka, atau molase, mengeluarkan asam amino ke dalam kultur kaldu, yang daripadanya L-glutamat kemudian diisolasi. Kyowa Hakko Kogyo Co Ltd mengembangkan fermentasi industri yang pertama untuk memproduksi L-glutamat. Dewasa ini, tingkat hasil konversi dan tingkat produksi dari gula menjadi glutamat terus meningkat dalam industri MSG, hal ini memampukan industri untuk terus memenuhi permintaan MSG. Produk akhir setelah filtrasi, konsentrasi, pengasaman, dan kristalisasi adalah glutamat murni, natrium, dan air. Wujudnya adalah serbuk kristal berwarna putih dan tidak berbau yang dalam larutan terdisosiasi menjadi glutamat dan natrium. Bahan ini sangat mudah larut dalam air, tetapi tidak bersifat higroskopis dan praktis tidak larut dalam pelarut organik umum seperti eter. MSG adalah garam natrium (sodium) dari asam glutamat (salah satu asam amino non esensial penyusun protein). MSG dijual sebagai kristal halus berwarna putih, mirip gula pasir atau garam dapur.
Efek Samping
Diketahui bahwa glutamate berperan penting pada fungsi sistem syaraf. Laporan FASEB 31 Juli 1995 menyebutkan, secara umum MSG aman dikonsumsi. Ada dua
kelompok yang menunjukkan reaksi akibat konsumsi MSG. Pertama adalah kelompok orang yang sensitif terhadap MSG yang berakibat muncul keluhan berupa : Gejala berupa rasa panas dan kaku di wajah diikuti nyeri dada, sakit kepala, mual, berdebar-debar dan kadang sampai muntah. Gejala ini disebut MSG Complex Syndrome.
Sedang
kelompok kedua adalah penderita asma, yang banyak mengeluh meningkatnya serangan setelah mengkonsumsi MSG. Munculnya keluhan di kedua kelompok tersebut
terutama pada konsumsi sekitar 2,5
g MSG. Begitupun, menyadari tingginya konsumsi MSG di wilayah Asia, WHO
menggunakan MSG untuk program fortifikasi vitamin A. Di Indonesia pernah dilakukan
pada tahun 1996. Juga, penggunaan MSG bisa menjadi salah satu pilihan dalam
menurunkan konsumsi garam (sodium) yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
khususnya pada golongan manula. Hal ini karena untuk mencapai efek rasa yang sama, MSG hanya mengandung 30% natrium dibanding garam.
Kadar asam glutamat dalam darah manusia mulai meningkat setelah
konsumsi MSG 30 mg/kg berat
badan/hari, yang berarti mulai melampaui kemampuan metabolisme tubuh. Bila masih dalam batas terkendali, peningkatan kadar
ini akan menurun kembali
ke kadar normal atau
seperti kadar semula dalam 3 jam. Peningkatan yang signifikan batu mulai terjadi pada konsumsi 150 mg/kg berat badan/hari. Efak ini makin
kuat bila konsumsi ini
bersifat jangka pendek dan besar atau
dalam dosis tinggi (3 gr atau lebih dalam
sekali makan). Juga
ternyata MSG lebih
mudah manimbulkan efek
bila tersaji dalam bentuk makanan
berkuah.
Sebenarnya hampir semua
bahan makanan sudah
mengandung glutamat. Dalam
urutan makin tinggi, beberapa diantaranya mengandung kadar tinggi diantaranya : susu, telur, daging, ikan, ayam, kentang, jagung, tomat, brokoli, jamur, anggur, kecap, saus dan keju. Termasuk dalam hal ini juga bumbu-bumbu
penyedap alami seperti vanili atau daun pandan. Melihat hasil penelitian untuk
batasan metabolisme (30 mg/kg/hari) berarti rata-rata dalam sehari dibatasi
penambahan maksimal 2,5 – 3,5 g MSG (berat badan 50 – 70 kg), dan tidak boleh
dalam dosis tinggi sekaligus. Sementara, satu sendok teh rata-rata berisi 4 – 6
gram MSG. Misalnya, sumber penambahan MSG sering tidak disadari pada beberapa
sajian berkuah, sehingga tidak semata mata penambahan dari MSG yang sengaja
ditambahkan atau yang dari sediaan di meja makan. Masih belum dicapai
kesepakatan mengenai
glutamat dari sumber alamiah dan nonalamiah ini. Sejauh ini dinyatakan tidak ada perbedaan proses metabolisme
di dalam tubuh diantara
keduanya. Yang jelas, aturan FDA tidak
mengharuskan pencantuman
dalam label untuk
glutamat dalam bahan-bahan alamiah
tersebut.
Yang
perlu disadari, seringkali
makanan kemasan tidak mencantumkan
MSG ini secara jelas. Banyak
nama lain yang sebenarnya
juga mengandung MSG seperti : penyedap rasa, hydrolized
protein, yeast food, natural flavoring, modified starch,
textured protein, autolyzed yeast, seasoned salt, soy protein dan istilah-istilah sejenis. Akibatnya, kadar asam glutamat sesungguhnya, seringkali tidak seperti yang dicantumkan. Aturan mengharuskan pencantuman komposisi dalam
kemasan harus jelas agar konsumen
dapat mempertimbangkannya sesuai kondisi
masing-masing.
https://id.wikipedia.org/wiki/Mononatrium_glutamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar