Laman

Kamis, 11 Februari 2016

Sifat Koloid

Berdasarkan ukuran partikel dari fase terdispersi yang spesifik da mediaum pendispersi yang beragam, maka koloid memiliki beberapa sifat utama, yaitu :
a.    Efek Tyndall
Salah satu cara yang sangat sederhana untuk mengenali system koloid adalah dengan menjatuhkan seberkas cahaya (transparan), sedangkan koloid menghamburkannya. Berkas cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari arah samping, walaupun partikel koloidnya tidak tampak. Jika partikel terdispersinya juga kelihatan, maka system itu bukan koloid melainkan suspense.
Peristiwa efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
1)        Sorot lampu obil pada malam yang berkabut
2)        Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu
3)        Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.
b.    Gerak Brown
Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat menghaburkan cahaya. Jika diamati dengan  mikroskop ultra pada arah cahaya tegak lurus, akan terlihat partikel koloid yang bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris.
c.    Muatan koloid
Sesunggnya system koloid memiliki muatan positif dan negative. Berikut ini adalah penjabaran mengenai muatan koloid.
1)        Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke dalam system koloid dimasukan dua batang elektode, kemudian dihubugkan dengan sumber arus searah, maka patikel koloid akan bergerak ke salah satu electrode bergantungan pada jenis muatannya. Koloid bermuatan neagatif akan bergerak ke anode (electrode positif), sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (electrode negative). Dengan demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
2)        Adsorpsi
Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan lstrik? Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi muatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsopsi (jika penyerapan sampai ke bawah permukaan tersebut disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh kapur tulis. Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermutan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negative sehingga beruatan negative. Sifat adsorpsi koloid pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernian air minum.
3)        Koagulasi
Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid tersebut akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elaktroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam system koloid. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang beermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat, maka selubug itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik-menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
4)        Pengolahan air bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang kali juga zat-zat warna, zat pencemar, seperti limbah detergen, dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pegolahan air adalah tawas (alumunium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk mengumpulkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar, seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka digunakan karbon aktif di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring.
d.   Koloid pelindung
Suau koloid dapat distabilkan degan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelidung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispresi, sehigga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh :
1.      Pada pembuatan es krim digunakan gelatin utuk mencegah pembentukan Kristal besar es atau gula.
2.      Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid peindung.
3.      Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.
e.    Dialysis
Dalam proses ini, system koloid dimasukan ke dalam suau kantong koloid, lalu katong koloid itu dimasukan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dai kantong dan hanyut bersama air.
f.     Koloid liofil da koloid liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofob apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispresi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebt koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = taut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka jeis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Contoh :
1.      Koloid hidrofil : sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin

2.      Koloid hidrofob : sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam
sumber : buku ajar kimia kelas XI semester II kurtilas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar