Laman

Sabtu, 12 Maret 2016

Jangan Ragukan kekuatan Puasa

Kekuatan Puasa
Puasa memberi manfaat kesehatan terhadap tubuh. Di beberapa negara maju, puasa dijadikan terapi terhadap beberapa penyakit degeneratif.
Ibadah puasa bukan hanya dikenal dalam agama Islam. Tetapi juga dalam ajaran agama-agama lain. Ibadah puasa, secara teknis berlangsung sekitar 12 jam. Puasa secara kimia, tidak diakhiri ketika simpanan karbohidrat ditubuh mulai ditubuh mulai digunakan sebagai sumber energi. Ia akan terus berlanjut selama simpanan lemak dan karbohidrat digunakan untuk energi. Ia akan terus berlanjut selama simpanan lemak dan karbohidrat digunakan untuk energi. Beda dengan pemakaian simpanan protein. Ketika simpanan protein dihabiskan untuk energi, yang mengakibatkan hilangnya masa otot, secara teknis orang bersangkutan akan merasa kelaparan.
Dari aspek gizi, puasa paling tidak akan mengurangi asupan zat gizi, terutama kalori, sekitar 20% sampai 30%. Namun, dari aspek kesehatan, puasa ternyata memberi manfaat terhadap tubuh orang yang menahan lapar dan haus tersebut. Maka, dibeberapa negara maju, puasa dijadikan sebagai salah satu upaya terapi terapi terhadap beberapa penyakit degeneratif.
Puasa sebagaimana diketahui dari ajaran agama, memberi manfaat bagi kesehatan tubuh dan jiwa pelakunya. Tidak sedikit komunitas pengguna pengobatan alternatif di dunia percaya, meyakini, bahwa berpuasa dapat memberikan keajaiban bagi tubuh manusia. Sebab ajaran ini juga dikenal dalam masyarakat Kristen dan masyarakat Yahudi.
Orang-orang berpuasa akan mengalami perubahan bentukl tubuh, akibat kurang makan, kurang minum. Kurangnya masukkan energi pada orang-orang berpuasa, membuat tubuh harus mencari sumber energi yang tersimpan didalamnya, dan fungsi ini disebut autolisis. Autolisis adalah terpakainya simpanan lemak dalam tubuh untuk dijadikan sumber energi tubuh.
Liver bertugas mengubah lemak menjadi zat kimia bernama keton, senyawa metabolis asam asetoasetik dan asam betahidroksibtirik, dan kemudian mendistribusikannya keseluruh tubuh melalui aliran darah. Ketika penghancuran deposit lemak terjadi, asam lemak bebas dilepaskan ke dalam aliran darah, dan digunakan liver sebagai energi. Makin sedikit seseorang makan, makin banyak tubuh mengubah simpanan lemak, dan menciptakan keton, yang akumulasinya disebut ketosis.

Mencegah stroke
                Manfaat puasa, menurut beberapa hasil penelitian ilmiah, antara lain dapat mengurangi risiko stroke. Puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi dalam jangka panjang akan menyumbat saluran pembuluh darah dalam bentuk aterosklerosis (pengapuran atau pengerasan pembuluh darah). Bila itu terjadi di otak akan berakibat stroke, dan bila terjadi didaerah jantung menyebabkan penyakit jantung. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa puasa dapat meningkatkan kolesterol darah HDL (yang sehat) 25 titik, dan menurunkan lemak trigliserol sekitar 20 titik. Lemak trigliserol merupakan bahan pembentuk kolesterol LDL (yang merusak kesehatan).

Meningkatkan Daya Tahan
                Berpuasa ternyata juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Mekanismenya antara lain dengan pengurangan konsumsi kalori akan membuat berkurangnya laju metabolisme energi. Buktinya, suhu tubuh orang berpuasa akan menurun, dan itu menunjukan adanya pengurangan konsumsi oksigen.
Puasa juga akan mengurangi produksi senyawa oksigen bersifat racun (radikal bebas oksigen). Dilaporkan, sekitar 3% dari oksigen yang digunakan sel akan menghasilkan radikal bebas oksigen, dan itu akan menambah tumpukan oksigen racun, seperti anion superoksida (O2-) dan hidrogen peroksida (H2O2), yang secara alamiah terjadi dalam tubuh.
Kelebihan radikal bebas oksigen itu akan mengurangi aktivitas kerja enzim, sehingga menyebabkan terjadinya mutasi, dan kerusakan dinding sel. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung dan stroke, yang disebabkan dan diperparah oleh senyawa radikal bebas. Sebuah hasil penelitian di Indonesia menunjukan bahwa puasa akan menekan produksi radikalbebas sekitar 90%, dan meningkatkan antioksidan sekitar 12%. Jadi, berpuasa berarti akan meningkatkan daya tahan tubuh.

Puasa dapat mengubah hidup anda
Puasa, bagi orang sehat, juga akan mengurangi risiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Mekanismenya adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. Pengontrolan gula darah yang baik akan mencegah penyakit diabetes  tipe – 2, yang disebabkan hormon insulin tidak sensitif lagi mengontrol gula darah.

Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah argumen paling banyak dibicarakan dalam kaitan manfaat berpuasa. Detoksifikasi adalah proses normal tubuh mengeliminasi atau memurnikan racun melalui kolon, ginjal, paru-paru, kelenjar limpa, dan kulit. Proses ini dipercepat dengan berpuasa, karena ketika makanan tidak lagi memasuki tubuh, maka tubuh akan mengubah simpanan lemak menjadi energi. Nilai lemak pada manusia adalah 3.500 kalori per pon. Suatu nilai yang cukup untuk memberikan energi bagi aktivitas sehari-hari.
Simpanan lemak terjadi karena glukosa dan karbohidrat tidak digunakan sebagai sumber energi, untuk pertumbuhan, dan tidak diekresikan. Saat simpanan lemak digunakan untuk energi selama berpuasa, proses ini melepaskan zat kimia berasal dari asam lemak ke dalam sistem yang kemudian dieleminasi melalui organ-organ pembuangan. Zat kimia tidak dapat dalam makanan, tetapi diserap dari lingkungan  seperti DDT, juga disimpan dalam deposit lemak, yang akan dilepaskan saat berpuasa. Pengujian feses, urin, dan keringat pada orang berpuasa telah menemukan DDT disetiap spesimen tersebut.
Manfaat puasa berikutnya adalah proses penyembuhan, yang dimulai dalam tubuh selama berpuasa. Selama berpuasa, energi dialihkan dari sistem pencernaan, karena energi tidak dibutuhkan untuk aktivitas pencernaan. Energi akan digunakan untuk metabolisme dan sistem kekebalan tubuh. Proses penyembuhan selama berpuasa dipercepat dengan pencarian sumber energi baru dalam tubuh.

Mencegah Tumor
                Puasa juga berfungsi sebagai ”dokter bedah” yang menghilangkan sel-sel rusak dan lemah dalam tubuh. Rasa lapar orang berpuasa bisa menggerakan organ-organ internal tubuh untuk menghancurkan atau memakan sel-sel yang rusak atau lemah tadi untuk menutupi rasa lapar. Itu merupakan saat bagus bagi badan untuk mengganti sel-sel dan lemah tadi dengan sel-sel baru, sehingga bisa kembali berfungsi dan beraktivitas. Puasa juga berfungsi menjaga badan dari berbagai penambahan zat-zat berbahaya, seperti kelebihan kalsium, kelebihan daging, kelebihan lemak. Serta bisa pula mencegah terjadinya tumor ketika awal-awal pembentukannya.
Pertumbuhan sesuatu yang tidak normal dalam tubuh, seperti tumor dan sejenisnya, yang tidak mendapat dukungan penuh suplai makanan dalam tubuh lebih rentan terhadap autolisis. Selain itu, produksi protein untuk penggantian sel-sel yang rusak (sintesis protein) menjadi lebih efisien, karena kesalahan lebih sedikit dilakukan oleh kontrol genetik DNA/RNA, yang berperan dalam proses ini.             
Efisiensi lebih baik dalam sintesa protein menghasilkan sel, organ dan jaringan lebih sehat. Itulah, mengapa hewan berhenti makan ketika mereka terluka, dan mengapa manusia kehilangan rasa lapar ketika sakit influensa. Kelaparan terbukti tiodak terjadi pada orang yang mengalami gastritis, tonsilitis, dan demam. Sebab, saat berpuasa, orang secara sadar mengalihkan energi darisistem pencernaan ke sistem kekebalan.

Mencegah Nacreous
Penyakit nacreous disebabkan kelebihan makanan, dan sering mengkonsumsi daging. Tubuh tidak mengurai berbagai protein dalam daging, sehingga menyebabkan tumpukan kelebihan urine dalam persendian, khususnya pada persendian jari-jari besar dikaki. Saat persendian terkena penyakit nucreous akan membengkak, memerah, dan disertai nyeri yang sangat. Terkadang kadar garam pada air kencing berlebih dalam darah, kemudian mengendap di ginjal, dan akhirnya mengkristal. Mengurangi porsi makan merupakan jalan utama bagi kesembuhan dari penyakit sangat berbahaya ini.

Hipertensi dan kardiak
Mereka yang memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedang bersamaan dengan kelebihan berat badan dianjurkan untuk berpuasa, karena puasa dapat membantu menurunkan tekanan darah. Mereka harus menemui dokter ahli untuk menyesuaikan pemberian obat. Misalnya, dosisi diuretik harus diturunkamn karena ditakutkan akan terjadi dehidrasi. Agen aksi panjang, seperti Inderal LA atau Tenormin, dapat diberikan sekali sehari sebelum sahur. Bagi mereka yang mengidap hipertensi berat atau sakit jantung diharapkan tidak berpuasa sama sekali.
Manfaat puasa yang paling dapat dibuktikan secara alamiah adalah peremajaan kem,bali dan perpanjangan harapan hidup. Metabolisme lebih rendah, produksi protein lebih efisien, meningkatnya sistem kekebalan, dan bertambahnya produksi hormon berkontribusi terhadap manfaat puasa. Hormon antipenuaan juga dihasilkan lebih efisien selama berpuasa.

Kadar Gula Darah
                Puasa sangat bagus dalam menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai kadar seimbang. Berdasarkan ini, puasa sesungguhnya memberikan kesempatan kepada kelenjar pankreas untuk beristirahat. Maka, pankreas pun mengeluarkan insulin yang menetralkan gula menjadi zat tepung dan lemak. Pabila makanan kelebihan kandungan insulin, maka pankreas akan mengalami tekanan dan melemah. Akhirnya pankreas tidak bisa menjalankan fungsinya. Buntutnya, kadar gula darah akan merambat naik, hingga akhirnya muncul penyakit diabetes.
Sudah banyak dilakukan usaha pengobatan terhadap diabetes dengan mengikuti ”sistem puasa” selama lebih dari 10 jam dan kurang dari 20 jam. Setiap kelompok mendapatkan pengaruh sesuai keadaan. Kemudian, para penderita mengkonsumsi makanan ringan secara berurutan yang kurang dari 3 minggu. Metode ini telah mencapai hasil menakjubkan dalam pengobatan diabetes, dan tanpa menggunakan satupun obat-obatan kimiawi.
Pasien diabetes yang menggunakan agen hipoglikemia oral, seperti Orinase, bersamaan dengan melakukan diet harus berhati-hati jika mereka memutuskan untuk berpuasa. Mereka harus menurunkan dosisnya menjadi sepertiga, dan tidak mengkonsumsinya pada pagi hari, tetapi pada saat berbuka puasa. Bila terjadi gejala gula darah rendah di siang hari, mereka harus segera berbuka. Penderita diabetes yang bergantung pada insulin dianjurkan tidak melakukan puasa. Jika melakukannya, mereka harus diawasi dengan ketat, dan buat perubahan dosis insulin secara drastis. Ini untuk menghindari komplikasi dari berpuasa dan terapi insulin, seperti hipoglikemia atau diabetik ketoasidosis (DKA).
Mengabaikan anjuran ini, karena ada beberapa pasien bersikeras untuk melakukan puasa, akan Ditempatkan diri mereka pada risiko terserang komplikasi. Suatu penelitian, melibatkan penderita diabetes melitus yang bergantung pada insulin (IDDM), mencoba meneliti hasil akhir atas komplikasi yang akan ierjadi.
Suatu keloropok terdiri dari 15 pasien (9 orang pria dan (> orang wanita), sebanyak II orang IDDM dan 4 orang non-insulin-dependeni diabetes (NIDDM) yang ditangani dengan insulin, dan rata-rata durasi diabetes sebanyak 8,5 tahun (antara 5 tahun sampai 12 tahun), diperiksa secara klinis dan laboratorium atas indeks masa tubuh (BMI), Hb Ale, dan keadaan lipida sebelum dan sesudah Ramadhan. Setiap pasien diberikan tiga kali injeksi insulin aksi pendek sehari, 2 kali sebelum makan (sahur dan berbuka), dan satu pada malam hari dengan insulin aksi sedang. Setiap pasien melakukan pemantauan glukosa darah kapiler harian (4 sampai 6 kali perhari) dan pengujian Linn untuk ketone. Seluruh subyek menyelesaikan puasa selama sebulan tanpa disertai komplikasi serius (tidak ada hipoglUiemia atau DKA).
Meski sejumlah pasien menunjukkan beberapa kemajuan dalarn Hb A1c, BMI dan nilai kolesterol, kemajuan tersebut secara statistik tidak signifikan. Bisa disimpulkan, terapi injeksi insulin berganda dapat digunakan secara aman, dengan pemantauan tepat dan pengawasan profesional pada pasien IDDM yang bertekad berpuasa di bulan Ramadhan, tanpa mengganggu kontrol glikemia. Penelitian dengan skala lebih besar dibutuhkan untuk mendukung temuan ini. (VH)  (Sumber: Ethical Digest, No.8, thn II, Oktober 2004, hal. 25-27)

(MANFAAT PUASA, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar