Kekuatan
Puasa
Puasa
memberi manfaat kesehatan terhadap tubuh. Di beberapa negara maju, puasa
dijadikan terapi terhadap beberapa penyakit degeneratif.
Ibadah puasa
bukan hanya dikenal dalam agama Islam. Tetapi juga dalam ajaran agama-agama
lain. Ibadah puasa, secara teknis berlangsung sekitar 12 jam. Puasa secara
kimia, tidak diakhiri ketika simpanan karbohidrat ditubuh mulai ditubuh mulai
digunakan sebagai sumber energi. Ia akan terus berlanjut selama simpanan lemak
dan karbohidrat digunakan untuk energi. Ia akan terus berlanjut selama simpanan
lemak dan karbohidrat digunakan untuk energi. Beda dengan pemakaian simpanan
protein. Ketika simpanan protein dihabiskan untuk energi, yang mengakibatkan
hilangnya masa otot, secara teknis orang bersangkutan akan merasa kelaparan.
Dari aspek
gizi, puasa paling tidak akan mengurangi asupan zat gizi, terutama kalori,
sekitar 20% sampai 30%. Namun, dari aspek kesehatan, puasa ternyata memberi
manfaat terhadap tubuh orang yang menahan lapar dan haus tersebut. Maka, dibeberapa
negara maju, puasa dijadikan sebagai salah satu upaya terapi terapi terhadap
beberapa penyakit degeneratif.
Puasa
sebagaimana diketahui dari ajaran agama, memberi manfaat bagi kesehatan tubuh
dan jiwa pelakunya. Tidak sedikit komunitas pengguna pengobatan alternatif di
dunia percaya, meyakini, bahwa berpuasa dapat memberikan keajaiban bagi tubuh
manusia. Sebab ajaran ini juga dikenal dalam masyarakat Kristen dan masyarakat
Yahudi.
Orang-orang
berpuasa akan mengalami perubahan bentukl tubuh, akibat kurang makan, kurang
minum. Kurangnya masukkan energi pada orang-orang berpuasa, membuat tubuh harus
mencari sumber energi yang tersimpan didalamnya, dan fungsi ini disebut
autolisis. Autolisis adalah terpakainya simpanan lemak dalam tubuh untuk
dijadikan sumber energi tubuh.
Liver
bertugas mengubah lemak menjadi zat kimia bernama keton, senyawa metabolis asam
asetoasetik dan asam betahidroksibtirik, dan kemudian mendistribusikannya
keseluruh tubuh melalui aliran darah. Ketika penghancuran deposit lemak terjadi,
asam lemak bebas dilepaskan ke dalam aliran darah, dan digunakan liver sebagai
energi. Makin sedikit seseorang makan, makin banyak tubuh mengubah simpanan
lemak, dan menciptakan keton, yang akumulasinya disebut ketosis.
Mencegah
stroke
Manfaat puasa, menurut beberapa
hasil penelitian ilmiah, antara lain dapat mengurangi risiko stroke. Puasa juga
dapat memperbaiki kolesterol darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi dalam
jangka panjang akan menyumbat saluran pembuluh darah dalam bentuk aterosklerosis
(pengapuran atau pengerasan pembuluh darah). Bila itu terjadi di otak akan
berakibat stroke, dan bila terjadi didaerah jantung menyebabkan penyakit
jantung. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa puasa dapat meningkatkan
kolesterol darah HDL (yang sehat) 25 titik, dan menurunkan lemak trigliserol
sekitar 20 titik. Lemak trigliserol merupakan bahan pembentuk kolesterol LDL
(yang merusak kesehatan).
Meningkatkan
Daya Tahan
Berpuasa ternyata juga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Mekanismenya antara lain dengan pengurangan
konsumsi kalori akan membuat berkurangnya laju metabolisme energi. Buktinya,
suhu tubuh orang berpuasa akan menurun, dan itu menunjukan adanya pengurangan
konsumsi oksigen.
Puasa juga
akan mengurangi produksi senyawa oksigen bersifat racun (radikal bebas
oksigen). Dilaporkan, sekitar 3% dari oksigen yang digunakan sel akan
menghasilkan radikal bebas oksigen, dan itu akan menambah tumpukan oksigen
racun, seperti anion superoksida (O2-) dan hidrogen peroksida (H2O2), yang
secara alamiah terjadi dalam tubuh.
Kelebihan
radikal bebas oksigen itu akan mengurangi aktivitas kerja enzim, sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi, dan kerusakan dinding sel. Ada sekitar 50
penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung dan stroke, yang disebabkan dan
diperparah oleh senyawa radikal bebas. Sebuah hasil penelitian di Indonesia
menunjukan bahwa puasa akan menekan produksi radikalbebas sekitar 90%, dan
meningkatkan antioksidan sekitar 12%. Jadi, berpuasa berarti akan meningkatkan
daya tahan tubuh.
Puasa dapat
mengubah hidup anda
Puasa, bagi
orang sehat, juga akan mengurangi risiko terkena penyakit diabetes tipe 2.
Mekanismenya adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan
mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan
sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan
suhu tubuh. Pengontrolan gula darah yang baik akan mencegah penyakit
diabetes tipe – 2, yang disebabkan hormon insulin tidak sensitif lagi
mengontrol gula darah.
Detoksifikasi
Detoksifikasi
adalah argumen paling banyak dibicarakan dalam kaitan manfaat berpuasa.
Detoksifikasi adalah proses normal tubuh mengeliminasi atau memurnikan racun
melalui kolon, ginjal, paru-paru, kelenjar limpa, dan kulit. Proses ini dipercepat
dengan berpuasa, karena ketika makanan tidak lagi memasuki tubuh, maka tubuh
akan mengubah simpanan lemak menjadi energi. Nilai lemak pada manusia adalah
3.500 kalori per pon. Suatu nilai yang cukup untuk memberikan energi bagi
aktivitas sehari-hari.
Simpanan
lemak terjadi karena glukosa dan karbohidrat tidak digunakan sebagai sumber
energi, untuk pertumbuhan, dan tidak diekresikan. Saat simpanan lemak digunakan
untuk energi selama berpuasa, proses ini melepaskan zat kimia berasal dari asam
lemak ke dalam sistem yang kemudian dieleminasi melalui organ-organ pembuangan.
Zat kimia tidak dapat dalam makanan, tetapi diserap dari lingkungan
seperti DDT, juga disimpan dalam deposit lemak, yang akan dilepaskan saat
berpuasa. Pengujian feses, urin, dan keringat pada orang berpuasa telah
menemukan DDT disetiap spesimen tersebut.
Manfaat
puasa berikutnya adalah proses penyembuhan, yang dimulai dalam tubuh selama
berpuasa. Selama berpuasa, energi dialihkan dari sistem pencernaan, karena
energi tidak dibutuhkan untuk aktivitas pencernaan. Energi akan digunakan untuk
metabolisme dan sistem kekebalan tubuh. Proses penyembuhan selama berpuasa
dipercepat dengan pencarian sumber energi baru dalam tubuh.
Mencegah
Tumor
Puasa juga berfungsi sebagai
”dokter bedah” yang menghilangkan sel-sel rusak dan lemah dalam tubuh. Rasa
lapar orang berpuasa bisa menggerakan organ-organ internal tubuh untuk
menghancurkan atau memakan sel-sel yang rusak atau lemah tadi untuk menutupi
rasa lapar. Itu merupakan saat bagus bagi badan untuk mengganti sel-sel dan
lemah tadi dengan sel-sel baru, sehingga bisa kembali berfungsi dan
beraktivitas. Puasa juga berfungsi menjaga badan dari berbagai penambahan
zat-zat berbahaya, seperti kelebihan kalsium, kelebihan daging, kelebihan
lemak. Serta bisa pula mencegah terjadinya tumor ketika awal-awal
pembentukannya.
Pertumbuhan
sesuatu yang tidak normal dalam tubuh, seperti tumor dan sejenisnya, yang tidak
mendapat dukungan penuh suplai makanan dalam tubuh lebih rentan terhadap
autolisis. Selain itu, produksi protein untuk penggantian sel-sel yang rusak
(sintesis protein) menjadi lebih efisien, karena kesalahan lebih sedikit
dilakukan oleh kontrol genetik DNA/RNA, yang berperan dalam proses ini.
Efisiensi
lebih baik dalam sintesa protein menghasilkan sel, organ dan jaringan lebih
sehat. Itulah, mengapa hewan berhenti makan ketika mereka terluka, dan mengapa
manusia kehilangan rasa lapar ketika sakit influensa. Kelaparan terbukti tiodak
terjadi pada orang yang mengalami gastritis, tonsilitis, dan demam. Sebab, saat
berpuasa, orang secara sadar mengalihkan energi darisistem pencernaan ke sistem
kekebalan.
Mencegah
Nacreous
Penyakit
nacreous disebabkan kelebihan makanan, dan sering mengkonsumsi daging. Tubuh
tidak mengurai berbagai protein dalam daging, sehingga menyebabkan tumpukan
kelebihan urine dalam persendian, khususnya pada persendian jari-jari besar
dikaki. Saat persendian terkena penyakit nucreous akan membengkak, memerah, dan
disertai nyeri yang sangat. Terkadang kadar garam pada air kencing berlebih
dalam darah, kemudian mengendap di ginjal, dan akhirnya mengkristal. Mengurangi
porsi makan merupakan jalan utama bagi kesembuhan dari penyakit sangat
berbahaya ini.
Hipertensi
dan kardiak
Mereka yang
memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedang bersamaan dengan kelebihan
berat badan dianjurkan untuk berpuasa, karena puasa dapat membantu menurunkan
tekanan darah. Mereka harus menemui dokter ahli untuk menyesuaikan pemberian
obat. Misalnya, dosisi diuretik harus diturunkamn karena ditakutkan akan
terjadi dehidrasi. Agen aksi panjang, seperti Inderal LA atau Tenormin, dapat
diberikan sekali sehari sebelum sahur. Bagi mereka yang mengidap hipertensi
berat atau sakit jantung diharapkan tidak berpuasa sama sekali.
Manfaat
puasa yang paling dapat dibuktikan secara alamiah adalah peremajaan kem,bali
dan perpanjangan harapan hidup. Metabolisme lebih rendah, produksi protein
lebih efisien, meningkatnya sistem kekebalan, dan bertambahnya produksi hormon
berkontribusi terhadap manfaat puasa. Hormon antipenuaan juga dihasilkan lebih
efisien selama berpuasa.
Kadar Gula
Darah
Puasa sangat bagus dalam
menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai kadar seimbang. Berdasarkan
ini, puasa sesungguhnya memberikan kesempatan kepada kelenjar pankreas untuk beristirahat.
Maka, pankreas pun mengeluarkan insulin yang menetralkan gula menjadi zat
tepung dan lemak. Pabila makanan kelebihan kandungan insulin, maka pankreas
akan mengalami tekanan dan melemah. Akhirnya pankreas tidak bisa menjalankan
fungsinya. Buntutnya, kadar gula darah akan merambat naik, hingga akhirnya
muncul penyakit diabetes.
Sudah banyak
dilakukan usaha pengobatan terhadap diabetes dengan mengikuti ”sistem puasa”
selama lebih dari 10 jam dan kurang dari 20 jam. Setiap kelompok mendapatkan
pengaruh sesuai keadaan. Kemudian, para penderita mengkonsumsi makanan ringan
secara berurutan yang kurang dari 3 minggu. Metode ini telah mencapai hasil
menakjubkan dalam pengobatan diabetes, dan tanpa menggunakan satupun
obat-obatan kimiawi.
Pasien
diabetes yang menggunakan agen hipoglikemia oral, seperti Orinase, bersamaan
dengan melakukan diet harus berhati-hati jika mereka memutuskan untuk berpuasa.
Mereka harus menurunkan dosisnya menjadi sepertiga, dan tidak mengkonsumsinya
pada pagi hari, tetapi pada saat berbuka puasa. Bila terjadi gejala gula darah
rendah di siang hari, mereka harus segera berbuka. Penderita diabetes yang
bergantung pada insulin dianjurkan tidak melakukan puasa. Jika melakukannya,
mereka harus diawasi dengan ketat, dan buat perubahan dosis insulin secara
drastis. Ini untuk menghindari komplikasi dari berpuasa dan terapi insulin,
seperti hipoglikemia atau diabetik ketoasidosis (DKA).
Mengabaikan
anjuran ini, karena ada beberapa pasien bersikeras untuk melakukan puasa, akan
Ditempatkan diri mereka pada risiko terserang komplikasi. Suatu penelitian,
melibatkan penderita diabetes melitus yang bergantung pada insulin (IDDM),
mencoba meneliti hasil akhir atas komplikasi yang akan ierjadi.
Suatu
keloropok terdiri dari 15 pasien (9 orang pria dan (> orang wanita),
sebanyak II orang IDDM dan 4 orang non-insulin-dependeni diabetes (NIDDM) yang
ditangani dengan insulin, dan rata-rata durasi diabetes sebanyak 8,5 tahun
(antara 5 tahun sampai 12 tahun), diperiksa secara klinis dan laboratorium atas
indeks masa tubuh (BMI), Hb Ale, dan keadaan lipida sebelum dan sesudah
Ramadhan. Setiap pasien diberikan tiga kali injeksi insulin aksi pendek sehari,
2 kali sebelum makan (sahur dan berbuka), dan satu pada malam hari dengan
insulin aksi sedang. Setiap pasien melakukan pemantauan glukosa darah kapiler
harian (4 sampai 6 kali perhari) dan pengujian Linn untuk ketone. Seluruh
subyek menyelesaikan puasa selama sebulan tanpa disertai komplikasi serius
(tidak ada hipoglUiemia atau DKA).
Meski
sejumlah pasien menunjukkan beberapa kemajuan dalarn Hb A1c, BMI dan nilai
kolesterol, kemajuan tersebut secara statistik tidak signifikan. Bisa
disimpulkan, terapi injeksi insulin berganda dapat digunakan secara aman,
dengan pemantauan tepat dan pengawasan profesional pada pasien IDDM yang
bertekad berpuasa di bulan Ramadhan, tanpa mengganggu kontrol glikemia.
Penelitian dengan skala lebih besar dibutuhkan untuk mendukung temuan ini.
(VH) (Sumber: Ethical Digest, No.8, thn II, Oktober 2004, hal. 25-27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar