Laman

Kamis, 10 Maret 2016

STYROFOAM

BAHAYA STYROFOAM

     
 Styrofoam yang memiliki nama lain polystyrene , begitu banyak digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pasca styrofoam ini diciptakan, kedudukannya begitu semarak di Indonesia. Selain karena memang styrofoam ini memliki banyak keunggulan, seperti ; tidak mudah bocor, praktis, ringan dan menarik banyak peminat untuk menggunakannya. Styrofoam juga merupakan merek dagang dari Dow Chemical Company untuk limpahan busa polystyrene yang saat itu dibuat untuk insulasi panas dan kerajinan. Styrofoam dapat digunakan untuk bahan bangunan, termasuk bahan pelapis, pemisah, pipa insulasi dan bunga dan produk kerajinan. Product Styrofoam dapat dibuat dengan warna biru khusus, warna putih dan hijau. Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan yang biasanya putih dan dibuat dari manik-manik polystyrene atau untuk kebutuhan lain dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof Dr Hj Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh.
Sekitar 0.025% styrene masuk ke tubuh kita untuk satu gelas minuman menggunakan gelas Styrofoam. Yang tampaknya seperti angka yang cukup rendah. Namun sebagai gambaran jika anda minum-minuman dari polystyrene cups empat kali sehari selama tiga tahun. Anda dapat disamakan mengkonsumsi sekitar satu cangkir busa dari nilai styrene. Styrene migrasi/pindah kedalam makanan tergantung dari isi jenis makanan. Makanan atau minuman yang panas, tinggi lemak, alcohol, asam mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap pencemaran styrene.
Studi menunjukkan bahwa styrene meniru estrogen di dalam tubuh dan dapat mengganggu fungsi normal hormon, kemungkinan menjadi kontribusi permasalahan thyroid, menstruasi dan hormon lainnya. Permasalahan lainnya adalah menjadi pemicu kanker payudara dan kanker prostat.
Jangka panjang pencemaran styrene dalam jumlah kecil didalam tubuh diduga menyebabkan munculnya gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.
Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu. Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif.
Lebih lanjut, styrene adalah bensol berbasis molekul, dan bukti terhadap bensol amat jelas, jadi menghindari polystyrene (dan semua plastik) adalah hal yang terbaik.
Rekomendasi:
• Gunakan keramik piring, mangkuk, dan mugs / cups bila memungkinkan. Jika Anda tidak dapat melakukan itu, lebih baik memilih kertas polystyrene.
• Item pertama berlaku terutama jika makanan atau minuman yang sedang tinggi lemak ,mengandung alkohol atau zat acidic atau panas.
• Jika dari supermarket barang datang dalam kemasan polystyrene, segera pindahkan ke kontainer non-plastik sampai Anda siap untuk memasak atau memakannya. Gelas, keramik, atau kontainer porselen, piring atau mangkuk adalah yang lebih baik untuk penyimpanan makanan.
• Lebih baik jika dapat memilih produk makanan yang tidak datang dalam kontainer polystyrene.
• Dan ingat bahwa kebanyakan restoran Fastfood menggunakan kontainer makanan berbahan polystyrene. Beli makanan di dalam kontainer kaca bila memungkinkan.


Polystyrene adalah sebuah polimer dengan monomer stirena, sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat, dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik. Polistirena pertama kali dibuat pada 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker Jerman. Ketika mengisolasi zat tersebut dari resin alami, dia tidak menyadari apa yang  telah dia temukan. Seorang kimiawan organik Jerman lainnya, Hermann Staudinger, menyadari bahwa penemuan Simon terdiri dari rantai panjang molekul stirena, sebuah polimer plastik. Polistirena padat murni adalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam produk dengan detail yang bagus. Penambahan karet pada saat polimerisasi dapat meningkatkan fleksibilitas  dan ketahanan kejut. Polistirena jenis ini dikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena murni yang transparan bisa dibuat menjadi beraneka warna melalui proses compounding. Polistirena banyak dipakai dalam produk-produk elektronik sebagai cassing, kabinet dan komponen-komponen lainnya. Peralatan rumah tangga yang terbuat dari polistirena, antara lain : sapu, sisir, baskom, gantungan baju, ember. Tetapi dibalik semua keunggulan styrofoam itu dapat menimbulkan kerugian yang sangat merugikan bagi manusia dan alam. Bila ditinjau dari faktor alam atau lingkungan sudah kita ketahui semua bahwa styrofoam sangat berbahaya karena bila sampahnya terus menumpuk dan tidak ada upaya untuk mendaur ulang. Maka akan dapat menimbulkan timbunan sampah yang sulit untuk diurai. Walaupun faktanya sudah banyak pengrajin yang menggunakan styrofoam sebagai bahan utamanya untuk diolah lebih lanjut tetapi jumlah sampah styrofoam tetap saja masih meningkat setiap harinya. Bila sampah styrofoam yang mengalir ke arah laut maka sudah tentu biota laut akan terganggu ekosistemnya karena styrofoam akan bereaksi dengan air laut dan menyebabkan biota laut terganggu kehidupannya.
Dampak yang lainnya adalah bagi kesehatan manusia, kandungan yang terdapat pada styrofoam seperti benzen, carsinogen, dan styrene akan bereaksi dengan cepat begitu makanan dimasukkan ke dalam styrofoam. Uap panas dari makanan akan memicu reaksi kimia ini terjadi lebih cepat, misalnya saja zat benzen yang bila sudah bereaksi dan masuk ke dalam tubuh dan masuk ke dalam jaringan darah dan terakumulasi selama bertahun tahun akan menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, menimbulkan anemia dan bahkan mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan tubuh untuk mengangkut sari pati makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Bila jumlah sel darah merah kita semakin berkurang akibat dari reaksi styrofoam ini maka tubuh kita akan mengalami beberapa gejala yang kurang wajar. Lalu zat yang tidak kalah bahayanya adalah carsinogen yang dapat mengakibatkan kanker, carsinoge akan lebih berbahaya bila pemakai wadah styrofoam atau plastik digunakan berulang ulang karena carsinogen mudah larut. Lalu styrene pada penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.
Sebenarnya banyak pencegahan yang dilakukan para pedagang atau penjual makanan , salah satunya adalah dengan melapisi styrofoam dengan plastik transparan. Sebenarnya hal ini akan menambah jumlah reaksi zat kimia yang terjadi pada pengemasan makanan bertambah banyak, karena plastik juga bahan yang berbahaya untuk pembungkus makanan, jadi langkah ini dianggap kurang cocok untuk mengurangi bahaya styrofoam. Jadi antisipasi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi bahaya syrofoam bagi kesehatan kita adalah dengan membawa sendiri wadah yang akan kita gunakan untuk membungkus makanan dan segeralah pindahkan makanan yang sudah dibungkus dengan styrofoam ke dalam wadah yang lebih aman sepeti piring kaca atau mangkuk kaca. Setelah itu kumpulkan bahan pembungkus makanan styrofoam ini agar nantinya dapat di daur ulang.
Banyak sudah negara yang mengeluarkan peraturan untuk tidak menggunakan styrofoam contohnya Kanada, Korea, Jepang, dan masih banyak lagi. Sekarang tinggal kita tunggu pemerintah kita untuk mengeluarkan peraturan tentang larangan penggunaan styrofoam. Bila negara kita belum mengeluarkan peraturan tentang styrofoam ini hendaknya kita yang mulai untuk menyadari bahaya bahan ini.
 PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
Berikut beberapa alternatif kemasan yang dapat digunakan:
1.      Kotak Makan (Misting) Alternatif paling keren adalah membawa kotak makanan sendiri kemanapun kita pergi. Dengan begitu kita juga dapat mengurangi penggunaan kemasan, baik styrofoam maupun bahan lainnya. Membawa kotak makanan sendiri juga memberi jaminan kontaminasi pada makanan sesedikit mungkin.
2.      Besek Bambu Kemasan makanan bambu ini, selain ramah lingkungan, juga memberikan unsur estetiknya sendiri. Besek bambu sampai sekarang masih sering digunakan sebagai alternatif kemasan makanan. Selain itu besek bambu juga dapat digunakan berkali-kali sehingga mengurangi penggunaan kemasan makanan.
3.      Kertas Salah satu alternatif kemasan pengganti styrofoam adalah kertas. Di Indonesia sendiri telah banyak produsen kemasan makanan berbahan dasar kertas yang tahan minyak dan air sampai tingkat tertentu. Kemasan makanan berbahan dasar kertas juga memberikan kesan minimalis yang dapat menambahkan nilai jual makanan. Selain itu, kertas juga dapat didaur ulang sehingga potensi untuk berakhir di TPA menjadi berkurang.
4.      Plastik Terurai Lingkungan (biodegradable) Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menciptakan plastik yang mudah terurai oleh lingkungan. Plastik tersebut dapat dibuat menjadi kemasan makanan yang ramah lingkungan. Selain itu beberapa jenis plastik juga dapat didaur ulang sehingga mengurangi jumlah sampah yang nantinya masuk ke TPA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar