Kandungan Kimia Dalam Tanah (Makro dan Mikro)
1. Kandungan Makro dalam Tanah
a.
Kandungan organik
Kandungan
bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika
maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan
berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan
organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak
kurang dari 2 persen.
Agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat
proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah
penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa
pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik,
dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah.
b.
Nitrogen
Nitrogen
merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah
2005).Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari
bahan organik tanah (bahan organik halus dan bahan organik kasar),
pengikatan oleh mikroorganisme dari nitrogen udara, pupuk, dan air
hujan.
Sumber
N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal
dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N
secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae
sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan
senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas
jasad renik tanah.
Hilangnya
N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 –
4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman
hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003).
Manfaat
dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase
vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino,
lemak, enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di
dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik
meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan
unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3,
namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea
(CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam
siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi
sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut,
sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan
kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui
pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
c.
Fosfor
Unsur
Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh
tanaman pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Dalam siklus P
terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara
suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas)
P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Menurut Leiwakabessy
(1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik
dan fosfor anorganik.
Bentuk
fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih
kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang
lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah
tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P
rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa
memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi
P (Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor,
pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
d.
Kalium
Kalium
merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari
Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh
muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al.
(1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang
dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung
penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium
tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang
mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad
renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya
sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan
proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan
jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang
melimpah.
Kalium
dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan
melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan
cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung
sedikit kalium.
e.
Kalsium
Kalsium
tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis
karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks
adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder
dan tercuci (Leiwakabessy 1988).
Adapun
manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar
dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan
penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa
enzim (RAM 2007).
f.
Magnesium
Magnesium
merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa
hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang
khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya
merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).
g.
Belerang
Belerang
dari dalam tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat SO4-
. Di suatu daerah terjadi pencemaran SO2 d iatmosfer, maka
belerang dapat diadsorpsi oleh daun daun tanaman sebagai sulfur
oksida. Kandungan SO2 yangcukup tinggi di atmosfer dapat
mematikan tanaman.
2. Kandungan Mikro dalam Tanah
Unsur
hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain
Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron
(B) dan Klor(Cl).
a.
Besi (Fe)
Besi
(Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+)
ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat
(ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin,
pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe O3) dan ilmenit (FeTiO3)
Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat
dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA,
Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang
terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat
daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar,
terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian
pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien.
Fungsi
Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan
berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim
yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase
digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
- Catalase : H2O + H2O → O2 + 2 H2O
- Peroksidase : AH2 + H2O → A + H2O
Fungsi
lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses
metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2 ,
reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe menyebabakan
terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan
protein menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan
kadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara
drastik. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh
kekurangan Fe dan juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua
enzim.
b.
Mangan (Mn)
Mangan
diserap dalam bentuk ion Mn2+ seperti hara mikro lainnya,
Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan
Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat
bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain yang
membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida,
karbonat dan silikat dengan nama pirolusit (MnO2),
manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit
(MnSiO3).
Mn
umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro
magnesium. Mn dilepaskan dari batuan
karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral
sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)).
Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm.
c.
Seng (Zn)
Zink
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah
alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)2 .
Di samping itu, Zn diserap dalam bentuk kompleks khelat, misalnya
Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar
Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam
tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah
antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3),
zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4).
Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam
oksalat dekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin
deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon
anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis
auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.
Ketersediaan
Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering
menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi
sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah
berkapur. Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil,
ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting)
dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya
nekrosis.
d.
Tembaga (Cu)
Tembaga
(Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat
diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA
(Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen
triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem
maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam
amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk
kompleks. Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3
dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit
(CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu 5FeS4),
luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe).12SO4S3
)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2
CO3], adirit [(Cu3 (OH)2 (CO3)],
brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan
Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin.
Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing
molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda
klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi
dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,
askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam
metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan
tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan
penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi/ kekurangan Cu antara lain
: pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan
kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan
tangkai daun lemah.
e.
Molibden (Mo)
Molibden
diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik
kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi,
selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya.
Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun
kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup
mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara
lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3 .8H2O.
Molibdenum
(Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut
atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo.
Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat
yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan
menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan
karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II)
oksida hidrat. Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim
nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang
timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N.
Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi
pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo
dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering
kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila
defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga
kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
f.
Boron (B)
Boron
dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3)
dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya
berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk
tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah. Boron
ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses
aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam
bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral
lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+
dan atau Si4+ .
Mineral
dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3
(BO)2 Si4O2)O20 yang
mengandung 3 - 4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam
dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang
mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7
. 4H2O), kolamit (Ca2B6O11
. 5H2O), uleksit (NaCaB5O9 . 8H2O)
dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama
seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
Fungsi
boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam
nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron
juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel,
permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal
defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada
jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas
rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang
penyakit.
g.
Klor (Cl)
Klor
merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh
akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh
bagian atas tanaman, misalnya daun.
Kadar
Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar
Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap
masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh
mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase.
Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl
kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan
masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara
tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak
seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan
kelapa sawit dianggap hara makro yang penting dan juga berperan dalam
fotosistem II dari proses fotosintesis.
sumber klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar