Pewarna Sintetis Pada Batik |
foto:lasembatikart.com
Zat
pewarna sintetis pada pembuatann batik memiliki varian yang cukup banyak, baik
pilihan warnanya maupun jenis obat yang digunakan. Dengan menggunakan pewarna
sintetis biasanya para pengrajin bati lebih leluasa dalam bereksplorasi warna
dan teknik membatik.
Dengan
hadirnya zat-zat pewarna buatan yang beredar di pasaran secara otomatis
menggeser penggunaan pewarna alami pada kain batik.
Meski demikian, hingga kini-pun zat pewarna alami masih tetap digunakan oleh
sebagian pengrajin karena batik alami biasanya memiliki nilai ekonomi yang
lebih tinggi alias harga yang ebih mahal.
Zat
pewarna sintetis atau buatan merupakan zat pewarna yang dibuat dengan
bahan-bahan kimia tertentu sehingga dapat digunakan untuk mewarnai kain. Memang
ada banyak sekali zat pewarna sintetis yang dapat digunakan untuk mewarnai
bahan tekstil, namun tidak semua bahan dapat digunakan karena saat proses
pewarnaan batik tidak boleh menggunakan proses pemanasan, jika pewarnaan
dilakukan dengan pemanasan maka bisa dipastikan lilin/malam batik
akan meleleh.
Beberapa
bahan warna sintetis yang sering digunakan untuk mewarnai batik antara
lain:
- Naphtol, Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan dengan teknik celup, terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda yakni naphtol dasar dan pembangkit warna. Naphtol dasar (penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali dalam proses pewarnaan, pada pencelupan pertama ini warna belum nampak dalam kain, untuk membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan larutan garam diazonium sehingga akan memunculkan warna sesuai yang diinginkan. Secara teknis Naphtol tidak bisa larut dalam air, untuk melarutkannya biasanya para perajin menggunakan zat lain seperti kostik soda.
- Indigosol, Zat warna Indigosol biasa digunakan untuk menghasilkan warna-warna yang lembut pada kain batik, dapat dipakai dengan teknik celup maupun colet (kuas). Proses penggunaan zat warna Indigosol juga hampir sama dengan penggunaan Naphtol, pencelupan dibutuhkan dua kali proses. Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua untuk membangkitkan warna. Warna akan dapat muncul sesuai yang diharapkan setelah dilakukan oksidasi, yankni memasukkan kain yang telah diberi Indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam florida (HCl atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2).
- Rapid, merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk membatik dengan teknik colet. Terdiri dari campuran naphtol dan garam diazonium yang distabilkan. Untuk membangkitkan warna biasanya digunakan asam sulfat atau asam cuka.
Zat
pewarna sintetis lainnya yang berfungsi sebagai zat pembantu dalam proses
pewarnaan batik diantaranya caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red
Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat
ijo/air ijo dan minyak kacang.
Zat- Zat pembantu tersebut antara
lain :
a. Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik.
b. Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol.
c. Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.
d. Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap.
e. Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori.
f. Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol
g.Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan.
h. Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo.
i. Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin.
j. Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar