Laman

Selasa, 22 Maret 2016

ZAT PEWARNA SINTESIS UNTUK PEWARNAAN BATIK

Dalam proses pewarnaan batik untuk saat ini bisa dipastikan sebagian besar pengrajin batik menggunakan bahan pewarna sintetis atau pewarna buatan. Selain penggunaanya lebih praktis, zat pewarna sintetis juga lebih mudah didapatkan di toko-toko bahan batik, toko bahan sablon maupun toko bahan tekstil lainnya. 

Pewarna Sintetis Pada Batik | foto:lasembatikart.com
Zat pewarna sintetis pada pembuatann batik memiliki varian yang cukup banyak, baik pilihan warnanya maupun jenis obat yang digunakan. Dengan menggunakan pewarna sintetis biasanya para pengrajin bati lebih leluasa dalam bereksplorasi warna dan teknik membatik.
Dengan hadirnya zat-zat pewarna buatan yang beredar di pasaran secara otomatis menggeser penggunaan pewarna alami pada kain batik. Meski demikian, hingga kini-pun zat pewarna alami masih tetap digunakan oleh sebagian pengrajin karena batik alami biasanya memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi alias harga yang ebih mahal.
Zat pewarna sintetis atau buatan merupakan zat pewarna yang dibuat dengan bahan-bahan kimia tertentu sehingga dapat digunakan untuk mewarnai kain. Memang ada banyak sekali zat pewarna sintetis yang dapat digunakan untuk mewarnai bahan tekstil, namun tidak semua bahan dapat digunakan karena saat proses pewarnaan batik tidak boleh menggunakan proses pemanasan, jika pewarnaan dilakukan dengan pemanasan maka bisa dipastikan lilin/malam batik akan meleleh.
Beberapa bahan warna sintetis yang sering digunakan untuk mewarnai batik antara lain:
  1. Naphtol, Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan dengan teknik celup, terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda yakni naphtol dasar dan pembangkit warna. Naphtol dasar (penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali dalam proses pewarnaan, pada pencelupan pertama ini warna belum nampak dalam kain, untuk membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan larutan garam diazonium sehingga akan memunculkan warna sesuai yang diinginkan. Secara teknis Naphtol tidak bisa larut dalam air, untuk melarutkannya biasanya para perajin menggunakan zat lain seperti kostik soda.
  1. Indigosol, Zat warna Indigosol biasa digunakan untuk menghasilkan warna-warna yang lembut pada kain batik, dapat dipakai dengan teknik celup maupun colet (kuas). Proses penggunaan zat warna Indigosol juga hampir sama dengan penggunaan Naphtol, pencelupan dibutuhkan dua kali proses. Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua untuk membangkitkan warna. Warna akan dapat muncul sesuai yang diharapkan setelah dilakukan oksidasi, yankni memasukkan kain yang telah diberi Indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam florida (HCl atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2).
  1. Rapid, merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk membatik dengan teknik colet.  Terdiri dari campuran  naphtol dan garam  diazonium yang distabilkan. Untuk membangkitkan warna biasanya digunakan asam sulfat atau asam cuka.
Zat pewarna sintetis lainnya yang berfungsi sebagai zat pembantu dalam proses pewarnaan batik diantaranya caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang.
Zat- Zat pembantu tersebut antara lain :

a. Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik.
b. Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol.
c. Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.
d. Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap.
e.    Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori.
f. Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol
g.Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan.
h. Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo.
i. Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin.
j. Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya.

sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar